Kampanye Pekerja Domestik di Belanda

Pekerja domestik sudah dikenal berabad-abad di Belanda. Hanya saja, pekerja domestik migran tidak diakui di Belanda. Maka dari itu, sejak 1998, kawan-kawan pekerja domestik migran seperti dari Philipina, Amerika latin, Afrika, berkumpul dan bersatu dalam jaringan yang diberi nama RESPECT NL. Jaringan ini mengkampanyekan perlindungan hak pekerja domestik migran.


IMWU NL pada aksi buruh 1 Mei 2017 lalu


Pada akhir 2009, jaringan tersebut berhasil memperoleh dukungan serikat buruh terbesar di Belanda, FNV Abvakabo yang kemudian dialihkan pada serikat pekerja kebersihan FNV Bondgenoten. Pada tahun 2010 akhir awal 2011, kawan-kawan pekerja domestik Indonesia IMWU NL mulai bergabung dengan jaringan RESPECT, dan serikat buruh Belanda FNV Bondgenoten, serta aliansi AHRU (Alliance of Human Rights for Undocumented). Bersama dengan mereka, IMWU NL melakukan kampanye bagi pengakuan hak dan kerja layak bagi pekerja domestik, khususnya pekerja domestik migran (tak terdokumentasi).

Perjuangan tidaklah mudah dan lancar, perjuangan juga membutuhkan waktu. Sedikit demi sedikit pada akhirnya perjuangan mulai membuahkan hasil. Setelah berbagai lobi, penelitian oleh FNV, Respect, akademisi dan lainnya maka sejak tahun 2013 kementrian sosial (SZW) membentuk komisi yang dinamakan komisi Kalsbeek. Komisi ini bertugas meneliti posisi hukum pekerja domestik migran di Belanda dan memberikan saran kepada menteri SZW dalam hal ratifikasi Konvensi ILO 189 dan R201 yang diadopsi oleh ILO pada tahun 2011.
IMWU NL pada aksi 1 Mei 2016 di Amsterdam

Laporan komisi Kalsbeek akhirnya keluar pada bulan maret 2014. Isinya antara lain beberapa konsekuensi bagi pemerintah Belanda apabila memutuskan untuk meningkatkan posisi hukum pekerja domestik (seperti alfahulp dan childcare) dan bila meratifikasi Konvensi 189 ILO. Dalam laporan juga diusulkan untuk mengadopsi sistem paycheck yang sudah dianut Belgia. Disana klien/majikan membeli paycheck (seharga kurang lebih 16.50) untuk membayar pekerja domestik (8,50 euro/jam untuk pekerja, sisanya untuk pajak dan uang kembali pada klien/majikan). Ini bertujuan untuk mengurangi zwartwerk atau kerja gelap, karena membayar pajak serta memberikan jaminan sosial bagi pekerja. Konsekwensinya adalah negara Belanda harus menyediakan milyaran euro untuk mensubsidi sistem ini. 
aksi 1 Mei 2017  di Denhaag diikuti berbagai pekerja domestik dari berbagai belahan dunia

Perjuangan terus berlanjut karena pemerintah Belanda masih belum mengambil keputusan untuk meningkatkan posisi hukum pekerja domestik. Selain itu, pemerintah Belanda masih jauh dari mendiskusikan hak pekerja domestik migran, termasuk mereka yang tidak terdokumentasi. Pekerja domestik migran tidak diakui di Belanda, padahal banyak migran, termasuk migran Indonesia, bekerja di sektor ini. Pada akhirnya, karena tidak diakui, banyak pekerja domestik migran bekerja tanpa ijin dan penuh kekhawatiran atas penangkapan dan deportasi. Padahal pekerja migran inilah yang merupakan jantung perekonomian Belanda dan negara asal mereka.

Maka dari itu IMWU NL terus berkampanye dan mengajak semua pekerja untuk turut bergabung dan memperjuangkan haknya!

DIKUTIP DARI BUKU SAKU PEKERJA DOMESTIK DI BELANDA (2014)
Tim penyusun   : Ajeng I bunga, Muhafidah Janariyah,Yasmin Soraya
Editor bahasa     : Joss Wibisono
Foto                   : dokumentasi IMWU GRONINGEN dan Buyung R.Tanjung

Artikel terkait:




Comments