Warga negara Indonesia yang
tinggal di Groningen dan sekitarnya, berasal dari berbagai latar belakang baik sebagai
pelajar, mahasiswa, keluarga diaspora
maupun sebagai pekerja migran. Namun
demikian, dirasakan bahwa kebutuhan akan
informasi tentang hak-hak dan kewajiban sebagai warganegara Indonesia yang tinggal di negara
Belanda khususnya di Groningen selama ini masih jauh untuk dikatakan optimal.
Minimnya akses informasi ini dipengaruhi juga karena letak Groningen yang memang relatif jauh dari pusat pemerintahan Belanda ataupun dikarenakan letak KBRI yang berada di Den Haag. Salah satu cara pendekatan yang dilakukan oleh KBRI adalah melalui layanan outreach yang diselenggarakan pada 20 Juli 2019 lalu. Tampak hadir pihak KBRI dalam acara ini adalah; Duta Besar untuk kerajaan belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja beserta Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler, Winardi Hanafi Lucky; Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya, Fery Iswandy; Atase Imigrasi, Johannes Fanny Satria Cahya Aprianto; Atase Kepolisian, Ricky Purnama; Staf Protokol dan Konsuler, Noira Solani, dan Nur Hasyim Subadi; Staf Atase Imigrasi, Noorman Setioko; Staf Protokol, Marza Tobias Aminin serta BPKRT Keuangan, Raden Aris Hermawan.
Dalam sambutannya, ketua panitia Buyung
Ridwan Tanjung, mengatakan bahwa sudah saatnya KBRI sebagai
perwakilan negara RI di Belanda berorientasi pada semua lapisan masyarakat
Indonesia. Tidak ada lagi yang ditinggalkan, no-one left behind, terutama kepada kelompok-kelompok yang
terpinggirkan, yang tidak beruntung secara ekonomi dan status, tinggal di
negara asing. Karena bagaimanapun harus disadari, tidak semua warga negara
Indonesia yang hidup di negeri ini adalah mereka yang mampu secara ekonomi,
berlatarbelakang pendidikan yang baik dan memiliki status tinggal yang sah (undocumented). Demikian pula di
Groningen, sekitar dua tahun lalu seorang anak muda yang dengan segala cara agar bisa bertahan hidup
dengan makan seadanya, tanpa pekerjaan dan tidur di basement gedung tanpa verwarming yang rencananya akan digusur
oleh gementee terpaksa menjadi
undocument karena masalah keluarga. Dia tidak tahu kepada siapa dia harus
berkeluh kesah untuk pulang ke negerinya. Atau, seorang bapak yang terkena
penyakit kanker paru karena sanitasi yang buruk baik dipekerjaan maupun di
tempat tinggal. Tanpa dokumen ijin tinggal dan tidak bisa berbahasa belanda
maupun Inggris, bapak ini ditemukan di Martini Ziekenhuis. Ada juga bekas mahasiswa di Universitas kota ini, yang
karena tidak bisa memenuhi batas minimal ects, IND tidak mengeluarkan resident
permit yang artinya anak ini harus keluar dari Belanda. Karena minimnya
lowongan kerja di Groningen memaksa adik kita ini pergi ke Amsterdam. Mereka
ini tidak hanya sebagai kelompok yang termaginalkan saja, namun akses yang
paling dasar yaitu akses informasi pun tidak mereka peroleh. Inilah alasan yang
pertama kali muncul, bahwa akses informasi yang diselenggarakan, dalam acara-acara
seperti ini, seharusnyalah bisa didapatkan oleh semua lapisan masyarakat
Indonesia di Belanda khususnya di Groningen. Akses informasi ini tidak hanya
dinikmati oleh mereka dari golongan terdidik saja tetapi juga mereka yang
termarginalkan, “no-one left behind“ sebagaimana agenda pembangunan
berkelanjutan 2030 yang dicanangkan oleh PBB, demikian sambutan ketua panitia.
![]() |
Sambutan ketua panitia terkait "no-one left behind" dan "negara hadir" |
Acara ini juga mendapat sambutan
yang baik dengan kehadiran langsung bapak Duta Besar di Groningen. Dalam
sambutannya, komitmen bahwa “negara hadir” dimana tidak hanya sekedar hadir
namun juga memberikan perlindungan bagi segenap warga negara Indonesia di
Belanda. Komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi warga negara
Indonesia di Belanda bagian Utara khususnya di Groningen dan sekitarnya terus
diupayakan melalui langkah-langkah
kedepannya.
Acara ini diselenggarakan oleh kolaborasi
antara tiga organisasi di Groningen yaitu Indonesian Migrant Workers Union –
Groningen (IMWU GRONINGEN), Alzhaimer Nederland - Groningen (ALZINED) serta Perhimpunan Pelajar Indonesia
– Groningen (PPI GRONINGEN) dan didukung sepenuhnya oleh KBRI Denhaag. (BRT)
![]() |
Panitia LORI 2019 dengan Bapak Duta Besar RI |
Comments
Post a Comment